Emas Dunia Melesat ke Level Tertinggi dalam 5 Pekan, Didorong Pelemahan Dolar dan Gejolak Geopolitik
Ekonomi Internasional

Emas Dunia Melesat ke Level Tertinggi dalam 5 Pekan, Didorong Pelemahan Dolar dan Gejolak Geopolitik

Harga Emas Dunia Naik – Harga emas dunia melonjak lebih dari 1 persen. Logam mulia ini menyentuh level tertinggi dalam lima pekan. Kenaikan terjadi pada penutupan perdagangan Senin (21/7/2025) waktu setempat. Di Indonesia, kenaikan tercatat pada Selasa (22/7/2025) pagi WIB. Penguatan signifikan ini terjadi karena kombinasi beberapa faktor. Dolar AS mengalami pelemahan yang cukup tajam. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengalami penurunan. Kondisi ini diperburuk oleh meningkatnya ketidakpastian global. Ketidakpastian muncul menjelang tenggat waktu kesepakatan dagang Amerika Serikat dengan sejumlah negara pada 1 Agustus 2025.

Baca Juga : Presiden Prabowo Resmikan 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, Tonggak Kedaulatan Ekonomi Rakyat

Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot naik 1,3 persen menjadi $3.394,23 per ons, mencapai level tertinggi sejak 17 Juni 2025. Sementara itu, harga emas berjangka AS juga menguat 1,4 persen ke level $3.406,40 per ons.

Harga Emas Dunia Naik Dolar Melemah, Investor Beralih ke Emas

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah pelemahan signifikan indeks dolar AS (DXY). Indeks tersebut turun 0,6 persen pada perdagangan kemarin. Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya. Kondisi ini secara otomatis meningkatkan permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Bersamaan dengan itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun menyentuh posisi terendah dalam lebih dari sepekan. Hal ini semakin mendukung minat investor untuk beralih ke emas, yang dianggap sebagai aset yang lebih aman di tengah gejolak pasar.

Ketidakpastian Global dan Potensi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

David Meger, Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, menyoroti peran ketidakpastian geopolitik dalam mendongkrak harga emas. “Dengan tenggat waktu 1 Agustus yang semakin dekat, ketidakpastian di pasar meningkat, dan hal ini jelas mendukung harga emas,” ujarnya.

Uni Eropa saat ini tengah menjajaki berbagai opsi balasan terhadap kebijakan tarif AS, seiring makin tipisnya peluang tercapainya kesepakatan dagang antara kedua belah pihak. Situasi ini menambah kegelisahan di pasar global.

Di sisi lain, pelaku pasar kini semakin yakin akan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Berdasarkan data CME FedWatch, terdapat sekitar 59 persen kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada September 2025.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bahkan telah menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap struktur kelembagaan The Fed. Pembicaraan mengenai penurunan suku bunga AS yang lebih awal dari perkiraan ini semakin menguat, diiringi spekulasi tentang kemungkinan pemecatan Ketua Fed Jerome Powell. “Spekulasi seputar kemungkinan penggantian Ketua Fed Jerome Powell dan perombakan The Fed menambah kegelisahan pasar,” tambah Meger.

Emas sebagai ‘Safe Haven’ di Tengah Ketidakpastian

Investor memang mengenal emas sebagai aset lindung nilai (safe haven) yang biasanya berkinerja baik saat ketidakpastian meningkat. Kebijakan suku bunga The Fed juga sangat memengaruhi pergerakan harga emas. Ketika The Fed menaikkan suku bunga atau mempertahankannya di level tinggi, investor cenderung memilih obligasi dan saham yang memberikan imbal hasil, sehingga emas menjadi kurang menarik. Sebaliknya, saat suku bunga menurun atau berada di level rendah, imbal hasil pada instrumen investasi lainnya ikut menurun, sehingga emas menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor.

Dengan adanya kombinasi pelemahan dolar, ketidakpastian geopolitik, dan potensi penurunan suku bunga The Fed, prospek emas sebagai aset investasi yang menarik tampaknya akan terus berlanjut.

Anda mungkin juga suka...