Jakarta – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digalakkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menjangkau 41 juta penduduk di berbagai penjuru Indonesia, dan hasil sementara yang diumumkan memunculkan sinyal darurat kesehatan yang mengkhawatirkan. Wakil Menteri Kesehatan, dr. Dante Saksono Harbuwono, secara gamblang mengungkapkan bahwa temuan paling mencolok adalah tingginya angka obesitas sentral pada usia dewasa, yang kini menimpa sekitar sepertiga (1/3) dari total populasi dewasa di tanah air. Angka ini diprediksi masih dapat meningkat mengingat belum semua penduduk dewasa mengikuti pemeriksaan CKG.
Baca Juga : ANAKANGSA Dunia Judi: Antara Hiburan, Risiko, dan Psikologi Manusia
Dr. Dante menekankan bahwa masalah utama bukanlah hanya pada berat badan secara keseluruhan (BMI), tetapi pada akumulasi lemak di area perut atau yang dikenal sebagai obesitas sentral. Pengukuran lingkar perut menjadi indikator kunci risiko kesehatan serius.
“Untuk usia dewasa, ternyata yang paling tinggi, sepertiga kasus dari populasi orang dewasa itu obesitas. Ini diukur dari berat badan maupun lingkar perut,” ujar dr. Dante dalam Temu Media Kemenkes RI, Jumat (17/10/2025).
Ia menambahkan, kriteria batas bahaya sangat jelas: “Kalau lingkar perut laki-laki lebih dari 90 cm atau perempuan lebih dari 80 cm, itu sudah berisiko tinggi terkena penyakit jantung dan berbagai penyakit metabolik lainnya,” tegasnya. Obesitas sentral, yang sering disebut obesitas tipe ‘apel’, merupakan penyumbang utama bagi penyakit kronis yang mematikan seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan diabetes.
Tren Masalah Kesehatan di Tiap Kelompok Usia
Program CKG yang kini mampu memeriksa hingga 600 ribu orang per hari ini menyasar spektrum usia yang luas, dari bayi hingga lansia, dan menunjukkan adanya pola masalah kesehatan yang berbeda di setiap fase kehidupan:
Kelompok Usia | Masalah Kesehatan Dominan yang Ditemukan | Sorotan Khusus |
Bayi Baru Lahir | Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) | Menunjukkan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil. |
Anak Prasekolah | Gangguan kesehatan gigi dan kekurangan gizi (malnutrisi). | Perlu intervensi gizi dan perawatan gigi dini. |
Usia Sekolah & Remaja | Masalah gigi dan kurang aktivitas fisik (sedentary lifestyle). | Risiko obesitas mulai dipicu sejak dini, terutama di perkotaan, menimbulkan dilema gizi ganda (double burden of malnutrition): stunting di satu sisi, obesitas di sisi lain. |
Dewasa | Obesitas Sentral, Diabetes, dan Hipertensi. | Pintu masuk utama berbagai Penyakit Tidak Menular (PTM) kronis. |
Temuan CKG juga mengungkap jurang lebar antara kondisi kesehatan aktual masyarakat dengan kesadaran mereka. Banyak penyakit kronis yang sudah diderita tanpa disadari.
- Diabetes: Dari angka prevalensi sekitar 10,1 persen (satu dari sepuluh orang dewasa) mengidap diabetes, 70 persen di antaranya baru menyadari kondisinya setelah mengikuti pemeriksaan CKG. Hanya 30 persen yang sudah mengetahui status diabetesnya sebelumnya.
- Hipertensi: Kasus tekanan darah tinggi (hipertensi) yang terdeteksi melalui CKG bahkan tiga kali lipat lebih banyak dari yang diketahui masyarakat sebelumnya. Sebagian besar tidak menyadari bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi.
[Pesan Kunci: Pencegahan Lebih Awal untuk Hidup Lebih Sehat]
Dr. Dante menegaskan bahwa fakta ini memperkuat pentingnya pemeriksaan kesehatan berkala, bahkan ketika tidak ada keluhan atau gejala yang dirasakan. Deteksi dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi fatal.
“Pemeriksaan kesehatan ini penting dilakukan sebelum orang itu sakit, sebelum ada keluhan. Supaya bisa terdeteksi lebih awal, sebelum kena stroke, sebelum cuci darah [gagal ginjal], dan sebagainya,” tutupnya. Kemenkes mendorong masyarakat untuk memanfaatkan program CKG sebagai langkah preventif untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) yang semakin mengancam kesehatan publik di Indonesia.